Jumat, 17 Mei 2013

Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan



Beberapa waktu yang lalu kita dapat melihat di dalam media massa bahwa banyak kelompok-kelompok religius yang sering kita sebut kelompok “Sesat”. Dimana hal itu merupakan suatu bentuk dari perkembangan pemikiran Tuhan yang semakin berkembang. Kata Tuhan merujuk kepada suatu zat abadi dan supranatural, biasanya dikatakan mengawasi dan memerintah manusia dan alam semesta atau jagat raya. Hal ini bisa juga digunakan untuk merujuk kepada beberapa konsep-konsep yang mirip dengan ini misalkan sebuah bentuk energi atau kesadaran yang merasuki seluruh alam semesta, di mana keberadaan-Nya membuat alam semesta ada; sumber segala yang ada; kebajikan yang terbaik dan tertinggi dalam semua makhluk hidup; atau apapun yang tak bisa dimengerti atau dijelaskan. Banyak tafsir daripada nama “Tuhan” ini yang bertentangan satu sama lain. Meskipun kepercayaan akan Tuhan ada dalam semua kebudayaan dan peradaban, tetapi definisinya lain-lain. 

Konsep Tauhid Kepada Allah Dalam Iman Agama Islam



(Surah Al-Ikhlash : Ayat 1-4)
“Katakanlah; Dialah Allah Tuhan Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan Yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tiada pula di peranakkan dan Dia tiada sesuatupun yang setara dengan-Nya”.

PENJELASAN : Inilah Konsep Tauhid yang sebenarnya, Allah swt berdiri dengan sendiri tanpa bergantung dengan sesuatu apa pun kerana segala sesuatu itu adalah bergantung pada Allah swt.

Setan Dari Golongan Manusia



Setan merupakan kata benda (nomina) umum untuk setiap entitas yang congkak, pembangkang dan menyesatkan. Baik dari golongan manusia atau dari golongan jin atau dari golongan mana pun. Dalam al-Qur'an setan tidak disebutkan sebagai entitas khusus, melainkan pada manusia jahat, penyebar fitnah, perusak juga disebut sebagai setan.

Karena itu, yang dimaksud dengan "syathin al-ins" adalah manusia yang tersesat dan menyimpang karena membangkang segala titah Ilahi dan juga berada pada tataran menyesatkan dan menyimpangkan orang lain.

"Sya-i-tha-n" derivatnya dari kata "sya-tha-na" yang bermakna menjauh. Lantaran menjauh dan menjaga jarak dari segala perbuatan baik dan menjauh dari rahmat Tuhan, maka ia dipanggil dengan nama ini.